Hanya karena sumbangan yang sangat tidak sedikit baru dikucurkan dari sebuah negara besar yang presidennya baru saja mampir kemari. Maka sistem pendidikan di negara ini harus dirubah menjadi ke ’bule – bule – an’. Metoda bilingual utk sekolah2 tertentu mungkin sudah bukan barang baru. Tapi mau dibawa kemana pendidikan di negeri ini ketika pengajaran Matematika dan Fisika harus diajarkan dalam bahasa inggris juga?? *matematika & fisika saja sudah merupakan pelajaran susah – menurut saya – harus diajarkan pula dalam bahasa inggris mulai anak anak SMP* ck...ck....ck
Terus terang mendengar hal tersebut aku sangat setuju dan merasa surprise, *sorry jeng nila, aku meninjaunya dari sisi yang lain* :D berarti dalam pemikiran sederhana ini: negara kita sudah mulai memikirkan pentingnya bahasa Inggris dalam menyongsong era globalisasi, yang mau tidak mau memaksa kita untuk harus 'siap' bersaing dengan negara lain kalau tidak ingin nantinya menjadi penonton di negara sendiri.
Karena dengan dibukanya perdagangan bebas Asia Pasifik yang dimulai pada 2010 bagi anggotanya (APEC) yang lebih maju dan 2020 bagi anggota yang masih berkembang, nantinya mau tidak mau tenaga kerja asing akan bebas masuk ke Indonesia, jadi apabila SDM kita tidak siap maka SDM kita tidak akan bisa bersaing dengan SDM asing, dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja profesional dalam negeri, dan akibatnya bisa dipastikan SDM kita tidak akan terpakai dan hanya akan menjadi 'TKI' di negeri sendiri.
Akibat kalah bersaing, untuk posisi profesional dan strategis sudah jelas akan diambil alih oleh tenaga kerja asing yang lebih mumpuni, baik dalam penguasaan bahasa Inggris maupun dalam penguasaan teknologi, karena mereka lebih unggul.
Satu hal yang perlu di ingat, dalam era perdagangan bebas nanti, jelas bahasa Inggris yang akan dipergunakan dan sangat berperan. Baik dalam hal conversation: percakapan sehari-hari dan juga dalam hal writing: urusan surat menyurat dan segala macam tetek bengek mengenai perjanjian kerja, peraturan kerja, kontrak kerja, guidelines/ petunjuk kerja yang nanti semuanya dalam bahasa Inggris.
Apalagi kalau perusahaan-perusahaan asing sudah bisa bebas masuk ke Indonesia untuk mengikuti tender-tender besar yang membutuhkan teknologi tinggi, sudah pasti tender/lelang nya akan berstandar international. (sekedar contoh)
Memang seperti jeng nila pernah bilang bahwa untuk mempersiapkannya, harus memperkuat basis sistem terlebih dahulu (guru-guru yang bisa mengajar dalam bahasa inggris harus dipersiapkan terlebih dahulu), baru kemudian diterapkan untuk anak didiknya. Karena bagaimana mau mengajarkan math or physic dalam bahasa inggris sedang gurunya aja bahasa inggrisnya masih belepotan??? sergah jeng nila sewot.
Setuju dengan pendapat jeng nila, bahwa guru-guru bahasa Inggrisnya yang harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Tapi, menurut pemikiranku juga gak pa pa kalo bisa dimulai dari sekarang, *sambil jalan* walau untuk kondisi ideal belum dapat dikatakan pantas, guru yang masih perlu diberikan tambahan les bahasa inggris tapi sudah diharuskan untuk mengajar.
Yeah just it, IMHO: ala bisa karena terbiasa atau pasti bisa karena terpaksa dan tak ada pilihan lain.
Jadi menurut konsep: ala bisa karena terbiasa atau pasti bisa karena terpaksa dan tak ada pilihan lain, maka otak dan jiwa akan bekerja maksimal (tergenjot) *bahasanya* untuk bisa mengerti dan memahami, dan semakin sering melakukannya maka akan semakin mudah dan terbiasa untuk menangkap dan dimengerti.
Seperti contoh pengalaman kami di sini, menunjukan bahwa betapa pentingnya bahasa Inggris itu untuk diajarkan semenjak dari sekolah menengah. Karena melihat rekans dari negara lain: India, Srilanka, Nepal yang sudah terbiasa menerima proses belajar mengajar dengan bahasa pengantar: bahasa inggris sejak mereka di sekolah menengah. Jadi di kelas mereka lebih unggul hanya karena penguasaan bahasa yang lebih baik.
Seseorang yang walaupun TOEFL-nya diatas
Jadi, dengan mulai diterapkannya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah, mulai dari tingkat sekolah menengah pertama. Mudah-mudahan Indonesia akan bisa menyusul ketertinggalannya dari negara lain yang notabene bahasa Inggris juga bukanlah bahasa ibu mereka, seperti India, Malaysia, Singapore, Srilanka dll.
PS: Di bawah ini ada tulisan yang maksudnya sama seperti diatas, membahas 'a must' or 'depends on' bahasa Inggris dalam sistem pendidikan di Indonesia, dapat googling dari http://nofieiman.com
Sengaja saya copy paste disini agar bisa dibaca sama yang lain, sekalian ngarsip. :)
BELAJAR DARI INDIA
Sumber: http://nofieiman.com/repository/belajar-dari-india.pdf
Menjelang akhir tahun 2005 lalu, para petinggi negeri ini berkunjung ke Bangalore untuk bertemu para eksekutif dari software house di sana. Dalam pertemuan tersebut, chairman Infosys menyatakan bahwa kesuksesan mereka diraih berkat penguasaan bahasa inggris yang mumpuni. Penguasaan bahasa inggris tersebut memungkinkan mereka berkomunikasi dengan baik terhadap pasar dan komunitas internasional.
India memang merupakan negara besar dengan jumlah english speaker terbesar kedua di dunia. India juga merupakan negara penghasil software terbesar kedua setelah Amerika dengan nilai ekspor $17 milyar. Diperkirakan, pada tahun 2008 nanti penjualan mereka akan menembus angka $50 milyar. Dari data dan fakta tersebut, ada baiknya kita untuk sedikit mencoba belajar dari India.
Menilik sejarahnya, selepas merdeka dari Inggris, Parlemen India sempat berusaha memilih salah satu indigenous language untuk dikukuhkan sebagai bahasa nasional. Usaha ini sayangnya tidak pernah berhasil mencapai kesepakatan karena tiap-tiap ethnic group berusaha mempromosikan bahasanya masing-masing. Di kemudian hari, ternyata hal ini justru menjadi blessing in disguise.
Sampai saat ini, bahasa inggris memang mendominasi sebagai bahasa percakapan dan komunikasi di seantero dunia. Lebih dari 80% situs web di internet disajikan dalam bahasa inggris. Bahasa terbesar kedua, Jerman, hanya menguasai 1,5% sementara bahasa Jepang hanya menguasai 3,1%. Tercatat pula 60% hingga 85% email yang terkirim dikemas dalam bahasa inggris. Dan satu dari lima orang di muka bumi ini dapat berbahasa inggris, meskipun hanya pada level kompetensi tertentu saja.
Bicara tentang penggunaan bahasa inggris, menguasai bahasa asing bisa sejatinya bersifat “depends on” atau “a must.” Penguasaan bahasa asing bisa bersifat “depends on” ketika pemerintah dapat menyediakan lapangan pekerjaan domestik yang mencukupi. Sebaliknya, ketika peningkatan tenaga kerja melampaui lapangan pekerjaan domestik yang tersedia, maka selayaknya sistem pendidikan kita harus menyiapkan anak didiknya untuk memasuki pasar kerja global. Dalam hal ini, kemampuan berbahasa asing tidak lagi “depends on” melainkan sudah merupakan suatu keharusan (baca: “a must”).
Dari sudut pandang yang berbeda, penguasaan bahasa asing juga dapat dipetakan berdasar derajat kesarjanaan yang berbeda. Misalnya, untuk tingkat pasca-sarjana (S2 dan S3), penguasaan bahasa inggris pada level interaksi yang mumpuni merupakan suatu keharusan. Sementara untuk level S1 ke bawah, penguasaan bahasa inggris secara pasif saja boleh dikatakan cukup. Berbeda dengan lulusan S1, para mahasiswa pasca-sarjana memang dididik untuk menjadi scientist. Sebagai seorang scientist, kemungkinan untuk bergaul dengan peer mereka di luar negeri jauh lebih besar daripada lulusan S1. Mereka mungkin menghabiskan lebih dari separuh working hoursnya dengan komunitas yang memerlukan bahasa inggris sebagai alat komunikasi utama.
Di sisi lain, penguasaan bahasa asing juga terkait dengan strategi pemberdayaan resources yang ada di negeri ini. Kita akan dihadapkan pada pilihan untuk memperkuat hard knowledge atau memperkuat soft skill berupa penguasaan bahasa asing. Sebagai contoh, kita dihadapkan pada pilihan apakah dana yang ada lebih baik digunakan untuk menambah lab fisika/matematika atau meningkatkan jumlah guru bahasa inggris. Tentu saja hal ini bergantung pada pilihan arah pembangunan ekonomi kita. Jika kita lebih mengandalkan pekerjaan yang dioutsource oleh negara-negara maju, tentu penguasaan bahasa inggris adalah mutlak. Sebaliknya, jika kita memprioritaskan kemampuan lokal untuk mengeksploitasi sumberdaya alam di negeri ini, maka hard knowledge menjadi jauh lebih penting. Integrated strategy semacam inilah yang harus dipikirkan ulang oleh para policy maker kita.
Dan terakhir, bagi para public figure yang kolam airnya berada di level internasional, semestinya juga ditunjang oleh penguasaan bahasa asing yang baik dan benar. Harapannya, selain menjalin komunikasi dengan komunitas asing, juga diharapkan dapat ikut memarketingkan Indonesia kendati tidak secara langsung. Sebutlah Anwar Ibrahim atau Dorodjatun Kuntjorojakti yang mampu berbicara inggris dengan baik dan tetap mudah dimengerti.
Ada beberapa solusi untuk merealisasikan wacana tersebut. Langkah pertama adalah melakukan transfer ilmu pengetahuan secara terarah dan berlanjut –dari bahasa asing menjadi bahasa Indonesia- agar iptek terkini dunia lebih mudah diserap oleh orang-orang kita. Diharapkan, orang-orang Indonesia kelak dapat mempunyai akses informasi menuju iptek dunia dan memberikan manfaat terapan pada orang banyak meski belum menguasai bahasa inggris secara baik. Di Amerika misalnya, pekerja iptek yang aktif menambah khazanah iptek manusia hanya 1-2 persen saja dari penduduknya, tetapi hasilnya dinikmati oleh hampir seluruh penduduk Amerika.
Solusi kedua adalah menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa primer yang resmi dan mendegradasi bahasa indonesia. Berbeda dengan Malaysia yang menggunakan bahasa inggris sebagai penghubung antara etnik Melayu, Cina, dan India; Indonesia telanjur memilih bahasa melayu (bahasa indonesia) sebagai bahasa penghubung. Dengan demikian, (hampir) mustahil memunculkan bahasa penghubung kedua karena pada prakteknya kita hanya akan memakai satu bahasa. Jika langkah ini diambil, konsekuensinya bahasa indonesia hanya sekadar menjadi bahasa lokal, bahasa gaul anak muda, atau bahasa dalam lirik lagu dan karya sastra lainnya.
Akan tetapi, langkah praktis yang ideal dan lebih masuk akal justru dapat dimulai dari diri kita sendiri. Kita bisa mencoba untuk tidak melewatkan satu hari pun tanpa kegiatan yang bisa meningkatkan kemampuan bahasa inggris kita. By any means. Sebut saja seperti membaca koran/majalah asing, menulis paper, membaca textbook dan jurnal asing, mendengarkan BBC atau VOA, menonton film, mengunjungi English speaking zone, membaca komik Asterix, dan seterusnya. Harapannya, ketika salah satu dari kita kelak tiba-tiba “terpeleset” menjadi public figure (dekan, rektor, duta besar, menteri, gubernur, bupati/walikota, pengusaha, artis, dan sebagainya) kita bisa membawa diri dengan baik dan memukau dalam forum internasional.
Terakhir, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa kita seharusnya tetap bisa memaklumi dan menghargai orang lain yang belum mampu berbicara bahasa inggris dengan baik, mengingat bahasa tersebut bukan native language kita. Kualitas dan kapabilitas seseorang toh tidak melulu hanya diukur berdasar kemampuan bahasa asingnya. Dan yang lebih penting adalah kesadaran dan kepercayaan diri kita dalam menyampaikan suara atau melakukan suatu komunikasi. Ketika situasi dan kondisi menuntut penguasaan bahasa indonesia yang baik, pergunakanlah bahasa ibu kita dengan sebagaimana mestinya. Begitu pula ketika forum menuntut penguasaan bahasa inggris yang baik, maka berbahasalah dengan tidak memalukan diri sendiri. Jangan sampai gara-gara nasionalisme yang membabi buta lantas kita enggan belajar bahasa asing. Sebailknya, jangan sampai pula akibat tekanan globalisasi dan transfer ilmu pengetahuan lantas mendorong kita untuk sok berbahasa inggris tanpa memedulikan konsep maupun konteks bahasanya.
Tulisan nofieiman yang lain: http://nofieiman.com/2005/04/kuliah-di-amerika/
40 comments:
aku jg setuju dg hal tsb diatas. hal mana sih? :P
waktu smp dulu sekolahku blom go int, baru mau programnya. dan waktu pulang kemaren aku dikit menengok kesana, skrg udah keren, pake standart int. dg basic bahasa nya bahasa inggris untuk tiap hampir mapel nya, kecuali jawa kali ya? hihihi...
basa enggres cap kampung, tanpa gremer dan strakcer.. yang penting cepet , gak jelas dan "pardon"
yah, negeri ini terkadang masyarakat nya bisa menerima ada nya metode baru (pake bhs inggris utk ngajar)dan sebagian lagi masih bingung dan gusar.Tapi ini merupakan langkah yang positif negeri ini agar mampu bersaing dengan negeri tetanga..dan kita pun harus berlomba lomba utk mengejar ketertinggalan bhs inggris kita dengan ikut kursus, mencoba memakai bhs inggris dlm berbicara..^_^
Di kampus jg banyak bgt dosen yg nganjurin belajar pake buku berbahasa Inggris karena tutorialnya lebih mudah dipahami ketimbang kalo pake bahasa Indonesia (karena kadang suka ngaco). bahkan kadang2 pake bahasa Jerman segala! wekzz... Bahasa Inggris aja belom lurus!
memang harus segera dimulai, tapi untuk pelajaran-pelajaran yang mudah dan mengandalkan teks dulu spt IPS, Geografi dll, mungkin....!
maksudnya pelajaran yg lain dulu kaliii....misal di pelajaran bhs.Inggris aja deh, ya pake bahasa inggris, baru mulai pelan2 merambah pelajaran lain, terakhir ke yg susah kyk fisika itu....mgkn begitu jg maksudnya si jeng Nila itu om....
OOT ya,
udah nyoba beberapa kali usg tp baby nya ga mo nunjukin kelaminnya :(
Setuju banget!Tapi kayaknya harus ada restrukturisasi kurikulum mulai dari PT, SLTA, SLTP. Selama ini kurikulum untuk bahasa Inggris lebih ditekankan pada grammar. Akibatnya, untuk conversation dan reading kita ketinggalan.
Bagaimana Pak Bambang Sudibyo?
aku setuju sama bapak Mashuri..
tapiii..
kalo dilihat dari positifnya sih..
'anak2' itu jd memang jd cepet bisa..
yaa, seperti yg kak Joni bilang..
mereka jd bisa karena udah ['dipaksa'] untuk biasa..
ada potif dan negatifnya juga sihhh..
that's life.. :)
Kalo aku, knapa gak niru jepang aja.
Jepang itu meskipun gak bisa bahasa Inggris tapi bisa menguasai dunia juga.
Jadi, kemajuan suatu bangsa itu bukan dari dia bisa bahasa Inggris apa gak. Tapi, mau berusaha apa gak.
Prinsipnya, kalo anak Indonesia susah ato males berbahasa Inggris, ya udah buku Inggrisnya aja yang diterjemahkan ke Indonesia, seperti di Jepang gitu :)
Cintailah Bahasa Indonesia.
pertanyaan yang susah juga ya, saya setuju dengan pendapat Agam, lebih banyak buku2 yang diterjemahkan ke BAhasa Indonesia saja. Indonesia pasti bisa lebih bagus pendidikannya karena dengan bahasa Ibu, konsep2 akan mudah dimengerti.
Tetapi, penguasaan bahasa Inggris memang perlu, at least kita bisa bicara dan berkomunikasi. Penggantian bahasa di institusi pendidikan sepertinya sangat2 tidak perlu. Mungkin cenderung tidak berhasil.
@linae: kan bagus kalo sdh mulai menerapkan hal seperti tsb diatas. :P
bahasa jawa juga boleh untuk extra mapel-nya. :D
@kawoela alit: grammar bisa nyusul sambil jalan, krn kalo setiap hari dipake' otomatis akan bisa, yg penting conversation and listening.
@cempluk: ya, itu juga salah satu kiat untuk mengejar ketertinggalan, dengan kursus tambahan.
@nilla: betul nil, krn kalo sdh diterjemahin terkadang agak melenceng dari makna hierarki-nya.
@walah-walah: betul step by step.. aku juga informasinya tahu dari jeng nila, apakah hanya untuk mapel ilmu pasti atau untuk keseluruhan mapel sdh mulai diterapkan, aku masih kurang jelas?
@endangwithnadina: maksud jeng nila itu agar terlebih dahulu menyiapkan guru2nya, baru bisa ditransfer ke anak didiknya, tapi masak dimulai dengan ilmu pasti aja? (gak yakin), menurut pemikiranku pasti juga akan diberlakukan untuk mapel sosial lainnya.
@linae: mungkin masih malu2 babynya, dan pengen kasih surprise ke ortunya. :)
@mashuri: betul mas, mudah2an calon2 yg bakal menggantikan pak bambang sudibyo membacanya. :D
@nieke: ya, nieke memang ada positif dan negatifnya, bisa dibaca di artikelnya bung nofieiman diatas: "Belajar dari India".
@agam: menurutku gak benar juga, kalo dibilang: "Jepang itu meskipun gak bisa bahasa Inggris tapi bisa menguasai dunia juga."
Jepang itu bahasa Inggrisnya bagus, tapi memang tetap mencintai bahasanya sendiri, sebagai bukti:
JICA, NIPPON KOEI, itu perusahaan Konsultan Jepang yang sangat aktif diberbagai negara di dunia (termasuk Indonesia), dan kebetulan dulu pernah kerjasama (JICA/NIPPON KOEI dapat proyek) di Sumsel dan kenal beberapa staf JICA yang orang Jepang, mereka bisa bahasa Inggris kok, dan semua dokumen2 dalam bahasa Inggris.
ya, memang ada positif dan negatifnya, bisa dibaca di artikelnya bung nofieiman diatas:
"Belajar dari India".
Ini aku kutip sedikit penjelasannya:
"Sampai saat ini, bahasa inggris memang mendominasi sebagai bahasa percakapan dan komunikasi di seantero dunia. Lebih dari 80% situs web di internet disajikan dalam bahasa inggris. Bahasa terbesar kedua, Jerman, hanya menguasai 1,5% sementara bahasa Jepang hanya menguasai 3,1%. Tercatat pula 60% hingga 85% email yang terkirim dikemas dalam bahasa inggris. Dan satu dari lima orang di muka bumi ini dapat berbahasa inggris, meskipun hanya pada level kompetensi tertentu saja.
Bicara tentang penggunaan bahasa inggris, menguasai bahasa asing bisa sejatinya bersifat “depends on” atau “a must.” Penguasaan bahasa asing bisa bersifat “depends on” ketika pemerintah dapat menyediakan lapangan pekerjaan domestik yang mencukupi. Sebaliknya, ketika peningkatan tenaga kerja melampaui lapangan pekerjaan domestik yang tersedia, maka selayaknya sistem pendidikan kita harus menyiapkan anak didiknya untuk memasuki pasar kerja global. Dalam hal ini, kemampuan berbahasa asing tidak lagi “depends on” melainkan sudah merupakan suatu keharusan (baca: “a must”)."
ya, mungkin penjelasan diatas sdh bisa mewakili positif dan negatifnya, perlu tidaknya bahasa inggris menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah.
@ian: idem jawabannya dengan Agam ya. :)
tutorial tutorial teknik... biasanya lebih mudah dipahami de yang pakai bahasa inggris...
daripada pake bahasa indonesia... yang malah sering ga yakin... ini beneran artinya ga sihhh... :D
setuju, jon. setuju banget. mau gak mau kita harus bisa biar ga makin ketinggalan. bangsa lain udah kemana, ita masih di sini2 aja cuma karena keterbatasan berbahasa.
btw, ini postingan gak kurang panjang??? ngerjain neh, hahaha...
nice post, though.
oiya, downloadnya di multiply aja, jon. ada link-nya di entry yg itu juga, kok. thx. doa2in lancar ya jon?
hmmmm...daku setuju sama mas joni dan jeng nila...;)
di sklh anak2ku mmg science diajarkan dalam 2 bahasa : ing & ind. sejak SMP, bukan buat gaya2an, tapi krn memang sekolah ini sekolah kerjasama dg negara lain, jadi guru2nya juga banyak dari luar.
Positifnya, anak2ku jadi ngga 'takut' dg bah inggris, dan betul kt mas joni, lama2 jadi terbiasa. Terbiasa reading, writing, listening dan speaking. Siap utk go international..qqq
Negatifnya, spt kata jeng nila, ngga semua murid bisa ngikutin, krn mat & fis itu sendiri kan mmg bukan ilmu yg mudah dipelajari..;)
Mmg seharusnya org2 pinter spt mas joni ini menulis buku ilmu pengetahuan dlm bah ind spy anak2 indonesia jadi makin pinter..hehe..
@mela: bener mel, terkadang buku2 teks wajib teknik lebih gampang dicerna dalam bahasa aslinya, dibanding hasil terjemahan.
@venus: thanks mbok, wah2 baru tahu kalo juragannya orang top!.. 'top markotop'.. hehehe.. langsung donlot neh mbok. :D
ya mbok didoain moga album juragannya laris manis dan meledak dipasaran, Amin.
@lita: hehehe.. iya keduanya emang punya sisi positif dan negatif, tapi seandainya dimulai dari sekarang, aku yakin pasti bisa, awalnya aja terasa sulit karena blom terbiasa, lama2 pasti bisa 'tapi bagi yang mau berusaha!'.
btw, makasih atas pujiannya jeng, (jadi malu), aku hanya mengeluarkan opini dan uneg2 ku aja.
Jon, cuman mo bilang, masih kurang panjang :D hihihi..
beruntung mereka, anak-anak yang lahir di zaman yang (tepat). belajar bahasa inggris sejak dini
Sebagai orang tua, aku pinginnya anakku bisa menguasai kedua bahasa dengan baik, Indonesia n Inggris (bagus2 tambah bahasa lain).
Tapi, aku nggak mau anak terlalu dipaksa. Sebaiknya difasilitasi saja. Kalau si anak gak mampu, jangan didesak terus. Hasilnya gak akan sebaik kalau memang sesuai kemampuan sang anak.
Seperti sekarang, aku sudah mengenalkan bahasa Inggris ke Hana (3 tahun), anakku itu. Tapi sedikit2 dan dalam batas yang wajar.
Nah mungkin dengan anak2 SD/SMP/SMA itu juga begitu. Kenalkan, fasilitasi, gunakan, tapi jangan paksakan.
Peace!
hehehe...om jani makasih ya....akhirnya dibahas juga....
pis ah!!
skul yg bukunya bahasa inggris gt mahal bgt bli bukunya! impor semua..gile! mending kebaca. yg ada malah gk ngerti itu buku isinya apa..
skul gw masih pk buku lokal, total harga buku cm 350an rebu. adek gw yg skulnya pake kurikulum luar butuh ampe cetiaw-an buat beli buku duank... weleh2.
trus bukan bhs inggris ajah, bhs mandarin jg kenceng bgt di skulnya. maklum, skul singapur..
trus dy anak rangking pula... kalah deh gw!
http://www.designhelp4you.blogspot.com/
http://www.softwarecomplex.blogspot.com/
http://ebookhelper.blogspot.com/
izin gabung sini ya
makasih infonya
semoga sukses selalu
Salam kenal dan sukses selalu
infonya sangat bermanfaat sekali
thank's infonya
Ikut gabung sisni ea
sukses terus ea
jangan lupa mampir balik ya gan
ogenki desuka
nice post, thanks ya gan
makasih ya gan atas infonya
makasih infonya, moga makin sukses. .
terima kasih
Thanks for posting this beautiful article.
Read my article,
How To Make Money Through Digitize India Platform.
Good Information
uma.ac.id
pemerintahan.uma.ac.id
fisipol.uma.ac.id
Great post. I was checking continuously this blog annd I'm impressed!
Veery useful info specially the last part :) I cafe for such informaion a lot.
Post a Comment